GadgetSquad.id – Tanpa terasa perjalanan di 2017, sudah memasuki bulan ke enam, yang artinya sudah memasuki kuartal kedua tahun ini. Selama kurun waktu 6 bulan ke belakang, cukup banyak peristiwa yang mewarnai aktivitas bisnis di Tanah Air.

 

Berbicara peta perdagangan selama kuartal kesatu dan kedua, khususnya di industri ponsel, produk smartphone berteknologi 4G LTE masih menjadi primadona utama para vendor untuk menaklukan hati konsumen di Tanah air.

 

Produk 4G memang masih menjadi andalan para vendor, hanya saja tidak hanya teknologi LTE yang membuat, aktivitas jual beli smartphone di Tanah Air, selama 6 bukan ke belakang menjadi begitu dinamis.

 

Dari hasil pantauan redaksi Selular, ada berbagai tren dan kejadian menarik, yang layak menjadi sorotan, dalam persaingan smartphone di Tanah Air selama kuartal pertama hingga kedua tahun 2017 ini.

 

Apa saja tren dan kejadian menarik yang mewarnai pasar smartphone di Indonesia hingga pertengahan tahun ini? simak ulasannya dalam market review kali ini.

 

Selfie Masih Bertaji

Sejatinya tren selfie telah berlangsung sejak beberapa tahun terakhir, namun di tahun ini fenomena tersebut kembali berlanjut. Bahkan bisa dikatakan persaingan smartphone yang mengusung teknologi selfie, selama 6 bulan teakhir di pasar Tanah Air, justru semakin memanas.

 

Dalam periode tersebut, beberapa brand ponsel terpopuler di Indonesia, justru semakin “getol” merilis produk dengan kemampuan kamera depan di atas rata-rata. Sebut saja Oppo, Asus, Huawei, Lenovo, Vivo, serta Coolpad menjadi beberapa brand yang sudah meramaikan pasar selfie Tanah Air.

 

Tidak sekedar “banjir” smartphone selfie, respon konsumen terhadap produk dengan kamera depan di atas rata-rata juga terbilang baik. Oppo menjadi salah satu vendor yang berhasil meraih sukses di Tanah Air, berkat deretan produk selfienya.

Dengan tagline “Selfie Expert”, Oppo lewat smartphone seri F1, yakni Oppo F1, F1 Plus, dan F1s, sukses memikat pencinta selfi Indonesia dengan mengandalkan kualitas kamera depan mumpuni berkekuatan 16MP.

 

Alinna Wenxin, Brand Manager Oppo Indonesia, menuturkan, respon masyarakat sangat baik terhadap lini produk selfie yang sudah kami pasarkan. “Kami punya target, hingga akhir Agustus 2016 bisa menjual setidaknya 1 juta ponsel selfie. ternyata tanpa perlu menunggu akhir Agustus, target tersebut bisa tercapai,” bebernya.

 

“Pencapaian tersebut, jadi bukti jika produk selfie memang banyak diminati konsumen di Indonesia. Hal ini membuat kami semakin optimis dengan pasar selfie di Tanah Air, karenanya kami akan semakin fokus memanjakan konsumen dengan line up Selfie Expert generasi terbaru,” tuturnya.

 

Jika melihat pencapaian Oppo, rasanya tidak salah jika para vendor  menempatan smartphone selfie, sebagai senjata andalan dalam menarik hati konsumen di tahun 2017 ini.

 

Sempat Terganjal TKDN 30%

Salah satu fenomena yang menjadi sorotan dalam industri smartphone di Tanah Air, selama periode Q1 dan Q2 2017, tentu saja aturan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN). Tepat tahun ini, TKDN 30% untuk smartphone 4G resmi berlaku. Suka tidak suka, aturan tersebut harus ditaati oleh semua vendor, yang masih ingin menjual smartphone 4G di Tanah Air.

 

Penerapan aturan TKDN sendiri, sudah menjadi salah satu dinamika yang membuat panas industri telekomunikasi, di sepanjang tahun 2016 lalu. Dalam perjalanannya, berbagai vendor akhir mulai mentaati aturan TKDN 30%. Hanya saja hal tersebut, tidak serta merta membuat, isu soal TKDN menghilang dari permukaan.

 

Dari hasil pengamatan, TKDN masih akan menjad salah satu topik penting yang meramaikan persaingan smartphone di Tanah Air, setidaknya hingga tahun ini 2017 ini berlalu.

 

Mantan Penguasa Mencoba “Bangkit”

Nokia, BlackBerry serta Motorola, ketiganya memiliki banyak kesamaan. Baik Nokia, BlackBerry maupun Motorola, pernah merasakan bagaimana nikmatnya menjadi brand besar di Industri ponsel.

 

Sayang dalam perjalanannya, ketiga vendor tersebut satu persatu menghilang dari peredaran. Menariknya, di awal tahun 2017 ini Nokia, BlackBerry termasuk Motorola, mencoba kembali membangun kejayaan mereka di bisnis yang pernah membesarkan namanya.

 

Bisa dikatakan di tahun 2017 ini, ketiga mantan jawara tersebut, memiliki kesempatan kedua untuk kembali memanaskan persaingan ponsel ponsel dunia, termasuk di Indonesia. Berbagai strategi telah disiapkan ketiga vendor itu agar bisa kembali berjaya.

 

Dari ketiga mantan jawara, Motorola terbilang paling awal yang kembali bertarung di bisnis ponsel. Untuk membuat konsumen kembali melirik, Motorola mencoba membuat inovasi dengan merilis smartphone berkonsep modular (bongkar pasang), yakni seri Moto Z dan Z Play.

 

“Dengan konsep modular yang kami usung, kami yakin ponsel bongkar pasang ala Moto bisa diminati oleh konsumen, tidak terkecuali user di Indonesia,” ucap Adrie saat ditemui Selular usai peluncuran Moto Z dan Z play.

 

Bagaimana dengan BlackBerry? Untuk bisa kembali ke bisnis smartphone, BlackBerry menggunakan stategi kemitraan. Di Indonesia sendiri, lisensi ponsel BlackBerry saat ini dimiliki oleh PT BlackBerry Merah Putih.

 

Khusus pasar di Indonesia, PT BlackBerry Merah Putih, mencoba memenangkan hati konsumen dengan merilis seri Aurora. Tipe menjadi ponsel Android pertama buatan BB, yang hadir dengan teknologi dual SIM. Hadir terknologi tersebut, tentu saja sebagai upaya BB untuk menyesuaikan pasar Indonesia, yang selama ini dikenal memiliki lebih dari satu SIM card.

 

Beralih ke Nokia. Merilis smartphone berbasis Android menjadi bukti kembalinya Nokia ke bisnis ponsel. Setidaknya ada tiga perangkat Android yang dirilis Nokia yakni seri 6, 5 dan 3. Ketiga produk Android tersebut memang cukup menjanjikan, namun yang paling menarik perhatian dari kembalinya Nokia, tidak hanya smartphone.

 

Yup, seakan ingin membangkitkan nuansa nostalgia, vendor asal Finlandia tersebut juga melahirkan kembali salah satu ponsel legendaris racikannya, yakni seri Nokia 3310. Seperti generasi sebelumnya, versi baru Nokia 3310 tetap hadir dalam konsep feature phone.

 

Ketika semua vendor berlomba merilis smartphone dengan kemampuan terbaik, keputusan Nokia untuk kembali memperkenalkan feature phone seri 3310 terbilang unik. Menariknya, saat pertama kali diperkenalkan di MWC 2017, Nokia 3310 versi baru tersebut sangat menarik perhatian, bahkan layak menjadi bintang utama di panggung Nokia dalam perhelatan tahunan tersebut.

 

Teknologi Dual Kamera Curi Perhatian

Fenomena lain yang terjadi di bisnis jual beli ponsel dalam kurun waktu Januari hingga Juni 2017, yakni mulai populernya teknologi dual kamera. Sebagai penggembangan menu fotogarafi, teknologi Kamera ganda memang menjanjikan kualitas foto yang lebih baik.

 

Dengan karakter konsumen di Tamah Air yang senang mengabadikan momen melalui kamera ponsel, kehadiran smartphone berteknologi dual kamera sejauh ini cukup menarik hati konsumen. Hal ini juga yang membuat, Satu persatu vendor mulai merilis smartphone dengan menu dual kamera

 

Di Indonesia sendiri, saat ini persaingan smartphone berteknologi dual kamera bisa dikatakan didominasi oleh pabrikan Asia, terutama dari dataran Tiongkok. Oppo, Vivo, Huawei, LG, Asus, Lenovo menjadi beberapa vendor Asia, yang sejauh ini sudah bertarung di pasaran dengan smartphone dual kamera.

 

Di luar brand asal Asia tadi, Apple yang merupakan pabrikan asal Amerika, juga sudah merilis produk berbekal teknologi dual kamera.

 

Jika melihat pasar di tanah air yang terbilang, cukup antusias dengan smartphone yang mengusung teknologi dual, mulai dari slot sim card ganda, hingga double kamera. Bisa dikatakan akan terjadi pertarungan sengit, untuk menjadi “jawara” di kelas smartphone dual kamera.

 

 

Teror Pabrikan Tiongkok  

Hingga pertengahan tahun, Samsung dan Apple sejatinya masih menguasai pasar smartphone dunia, akan tetapi dominasi keduanya semakin terdesak oleh pabrikan Tiongkok. Hal tersebut tidak lepas dari hasil hasil penelitian, berbagai lembaga riset dunia, salah satunya Gartner.

 

Dari laporan Gartner selama kuartal pertama 2017, pabrikan-pabrikan China, yakni Huawei, Oppo, dan Vivo, mulai mengejar, Samsung dan Apple yang saat ini menduduki dua teratas pabrikan smartphone terbesar di dunia.

 

Direktur riset Gartner, mengatakan, baik Huawei, Oppo, dan Vivo sama-sama mengalami kenaikan penjualan global yang relatif tinggi dibandingkan tahun lalu. “Pemasaran agresif dan promosi penjualan berhasil membuat Huawei, Oppo dan Vivo terus mengambil porsi penjualan brand lain di pasaran seperti India, Indonesia, dan Thailand,” ungkapnya.

 

Secara detail laporan kuartal pertama 2017 dari Gatner, mengungkapkan bahwa Huawei yang duduk di urutan ketiga mengalami kenaikan penjualan unit menjadi kisaran 34 juta unit, dari 28 juta unit di kuartal yang sama tahun sebelumnya.

 

Oppo, yang berada di posisi empat, mengalami kenaikan penjualan global hampir dua kali lipat dari kisaran 15 juta unit menjadi 30 juta unit. Pangsa pasarnya terdongkrak menjadi 8,1 persen dari setahun sebelumnya 4,6 persen.

 

Demikian juga halnya dengan Vivo (posisi lima) yang mencatat kenaikan penjualan dari kisaran 14 juta unit menjadi 25 juta unit. Pangsa pasarnya naik dari 4 persen di tahun lalu menjadi 6,8 persen.

 

Itulah beberapa fenomena penting, yang berhasil redaksi temui selama setengah tahun ini dalam industri ponsel. Patut ditunggu, peristiwa apalagi yang akan meramaikan pasar ponsel dalam 6 bulan ke depan.