GadgetSquad.ID – Sejak Presiden Joko Widodo meresmikan peta jalan atau roadmap yang disebut Making Indonesia 4.0. Presiden berharap, sektor Industri 4.0 tersebut bisa menyumbang penciptaan lapangan kerja lebih banyak serta investasi baru yang berbasis teknologi.

Kini bagaimana realisasinya?

Dosen ITB Richard Mengko menilai, untuk mencapai keberhasilan berbisnis di era digital, dibutuhkan ekosistem dan komunikasi yang terbentuk secara baik oleh para pelaku bisnis. Sehingga tercapai ekosistem yang kuat dan saling menguntungkan.

Richard yang juga salah satu tokoh teknologi di Indonesia ini menjelaskan, masyarakat Indonesia sebenarnya sudah mulai terbiasa menggunakan teknologi, namun belum memanfaatkannya secara optimal. Terlebih dalam urusan produktivitas yang dapat mengembangkan ekonomi digital di Indonesia.

Padahal, menurutnya, Revolusi Industri 4.0 ini akan lebih menguntungkan para pelaku bisnis, khususnya dari sisi efisiensi biaya operasional. Itu semua bisa terjadi jika ada kolaborasi antarpemain industri.

“Untuk itu kita perlu memperhatikan karakteristik dan bentuk-bentuk perkembangan teknologi saat ini agar dapat memanfaatkannya secara maksimal dan menyiapkan langkah-langkah antisipasi yang tepat,” ucapnya di Jakarta.

Ia pun melihat Revolusi Industri 4.0 sebenarnya sudah berjalan saat ini di Indonesia. Sebagai contoh, hadirnya startup seperti Go-Jek yang terbukti memudahkan masyarakat, karena bisa memesan transportasi ataupun makanan hanya lewat ponsel dalam genggamannya.

“Kata kunci untuk perubahan Revolusi Industri 4.0 adalah the near future. Bukan perubahan dalam waktu 50 tahunan, tapi hitungan bulanan. Jangan sampai kita tertinggal dari kata kunci itu. Kedua, membangun ekosistemnya saat ini. Kita lihat, dengan Go-Jek ini saja sudah mengubah kebiasaan kita,” tuturnya.

Lebih lanjut Richard menegaskan, kehadiran ekosistem sangat penting sekali untuk mendorong Revolusi Industri 4.0. Itu sebabnya, ia mau ikut bergabung dalam forum Indonesia Digital Business Ecosystem (Indibest Forum).

Indibest Forum yang ia maksud tak hanya beranggotakan para pemain industri seperti Telkomsel, BNI, Alfamart, Qualcomm, IMX, dan WIN/PASSBAYS, tapi juga lembaga pemerintahan seperti Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf).

Dalam forum itu, semua stakeholder sepakat bahwa dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0 harus terlebih dahulu memahami pasar dan memetakan karakteristik dari ‘the underserved market’ alias pasar yang belum terlayani dengan baik oleh pemanfaatan teknologi.

Sementara itu, Caroline Mangowal, peneliti dari RISE Research menambahkan, Indonesia menjadi salah satu target bagi para pemain industri dunia yang tengah berebut masuk pasar Indonesia. Karena itu, harus ada regulator yang dapat memproteksi serta menjaga keseimbangan di berbagai parameter.

“Inklusi finansial yang masih relatif rendah di Indonesia menggambarkan besarnya potensi yang belum tergali. Sementara layanan yang terbatas dan pemanfaatan layanan yang ada belum maksimal,” ujar Caroline.

Masih dalam kesempatan yang sama, Strategic Planning Director Berakar Komunikasi Satriyo Wibowo menjelaskan, Revolusi Industri 4.0 ditandai dengan perubahan yang begitu cepatnya di era digital saat ini.

“Poinnya adalah, perubahan yang mengubah kita sendiri, dan revolusi industri itu mau tak mau harus kita hadapi sekarang,” kata Satriyo.