FILE PHOTO: Men pose with smartphones in front of a screen showing the Telegram logo in this picture illustration November 18, 2015. REUTERS/Dado Ruvic/File Photo – RTS18EPFp

GadgetSquad.ID – Aplikasi Telegram dalam beberapa hari ini, cukup membuat heboh di Indonesia. Karena dinilai menjadi aplikasi idola teroris untuk berkomunikasi, Pemerintah Indonesia melalui Kominfo resmi memblokir layanan messaging Telegram.

Karena dinilai menjadi aplikasi idola teroris untuk berkomunikasi, beberapa negara telah memblokir aplikasi Telegram. Dengan alasan serupa, Pemerintah Indonesia melalui Kominfo memblokir layanan messaging Telegram.

Meski menimbulkan pro dan kontra, hingga saat ini pemerintah Indonesia, masih tetap pada keputusan, untuk memblokir layanan pesan instan Telegram, khususnya di versi web.

Yang membuat penasaran saat ini, apa sih menu andalan Telegram sehingga diminati teroris?

Sebagaimana dihimpun dari laman Vox, Jade Parker, peneliti senior TAPSTRI, menuturkan, selain teknologi enskripsi atau penyandian, ada beberapa fitur Telegram yang membuatnya digemari teroris ataupun kriminal.

Jade Parker melanjutkan, di Telegram, pengguna dapat berkomunikasi di channel, pesan privat atau secret chat. Menu inilah disinyalir, sangat digemari para Teroris.

Chanel di Telegram terbuka bagi siapa saja dan menurut dia, jadi media efektif menyebar propaganda. Sedangkan fitur secret chat hampir tak mungkin ditembus karena dilindungi dengan enskripsi canggih.

“Kombinasi fungsi berbeda itu yang membuat grup semacam ISIS memakai Telegram sebagai command and control center. Mereka kumpul dulu di Telegram, baru ke platform lain. Informasi dimulai di sana, baru menyebar ke Twitter, Facebook,” tegas Jade.

Jade melanjutkan, dari berbagai menu Telegram biasanya jadi sorotan pemerintah adalah fitur secret chat. Di sini tiap user diberi kunci digital unik saat mengirim pesan.

Untuk mengakses pesan itu, penerima harus punya kunci yang cocok dengan pengirim, jadi pesan dari seorang user hanya dapat dibaca pengirim yang dituju. Ini membuat hampir tak mungkin bagi polisi atau intelijen mengakses informasi tersebut.

“Bahkan meski polisi dapat mengidentifikasi siapa berbicara dengan siapa, mereka tidak tahu isi pesannya. Faktanya karena enskripsi hanya terjadi antara dua user itu, Telegram sendiri tidak tahu apa isi pesannya,” tuntas Jade.