GadgetSquad.id – LinkedIn mengulas hasil studi berjudul ‘LinkedIn Opportunity Index’. Studi ini melibatkan sembilan negara di kawasan Asia Pasifik (APAC) di mana LinkedIn memiliki 153 juta pengguna, termasuk diantaranya 11 juta pengguna yang berasal dari Indonesia.

Indeks ini dijadikan tolok ukur untuk memahami bagaimana masyarakat melihat peluang di masa depan dan juga hambatan-hambatan dalam meraihnya. Riset ini melibatkan 11.000 responden dari sembilan negara di kawasan Asia Pasifik – Indonesia, Australia, Tiongkok, Hong Kong, India, Jepang, Malaysia, Filipina, dan Singapura.

Managing Director, LinkedIn in Asia Pacific, mengatakan “Melalui studi perdana LinkedIn Opportunity Index, kami berusaha memahami aspirasi masyarakat di kawasan Asia Pasifik, tentang kesempatan dalam meraih berbagai peluang di masa depan, dan juga hambatannya.”

Lanjut Olivier, “Pertumbuhan jumlah tenaga kerja di Asia Pasifik sejatinya bisa menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi regional, jika dikelola secara efektif. Dengan memetakan serta memahami persepsi dan aspirasi masyarakat terhadap peluang di masa depan dan juga hambatannya, seiring waktu, kami berharap dapat memfasilitasi penawaran dan permintaan peluang yang lebih seimbang di pasar.

Baca juga : Begini Cara Bikin Stiker Foto Sendiri di WhatsApp

Beberapa data penting dari LinkedIn Opportunity Index 2018:

  • Merintis bisnis milik sendiri menjadi aspirasi terbesar bagi masyarakat Indonesia.

Setengah (50%) dari responden di Indonesia menyatakan bahwa “merintis bisnis milik sendiri” sebagai aspirasi tertinggi dari peluang di masa depan. Ini senada dengan dengan responden dari Filipina (53%) yang tertarik untuk berwiraswasta. Sebaliknya responden di Australia (13%), Hong Kong (13%), dan Jepang (7%) memiliki keinginan yang kecil untuk memulai bisnis baru.

Selain itu, di Indonesia, sebanyak 38% responden mengatakan bahwa peluang untuk bisa menggunakan kemampuan mereka sebagai aspirasi mereka tertinggi setelah peluang merintis bisnis milik sendiri. Kondisi ini tidak mencerminkan aspirasi responden lainnya di tingkat regional, di mana peluang untuk menjaga keseimbangan kehidupan karier dan personal menjadi aspirasi tertinggi (dinyatakan oleh 40%) bagi rata-rata responden di Asia Pasifik – sedangkan di Indonesia hanya dinyatakan oleh 34% responden.

Peluang juga tidak semata diartikan sebagai usaha personal dalam meraih kesempatan kerja. Lebih dari itu, 82% orang Indonesia menyatakan bahwa mereka juga turut membantu orang lain untuk terhubung dengan kesempatan kerja yang lebih baik. Diantara mereka, lebih dari setengah (sebanyak 56%) menyatakan bahwa mereka membantu memperkenalkan kerabat mereka ke orang yang tepat agar bisa meraih kesempatan kerja, sementara 47% menyatakan bahwa mereka telah menuliskan surat referensi kerja bagi kerabat mereka.

Data ini merefleksikan kultur Gotong Royong yang telah melekat di masyarakat Indonesia, terutama dalam mencapai suatu tujuan, dan juga menekankan pentingnya peran komunitas dalam membantu orang Indonesia untuk terhubung serta meraih kesempatan di masa depan.

  • Responden di Indonesia menyatakan bahwa status finansial sebagai halangan terbesar dalam menggapai peluang.

Sama seperti responden lainnya di regional, sebanyak 35% dari responden di Indonesia percaya bahwa keterbatasan finansial menjadi halangan terbesar dalam meraih peluang di masa depan. Sebanyak 29% responden di Indonesia juga menyatakan bahwa kurangnya luasnya koneksi dan jaringan relasi menjadi hambatan terbesar kedua, diikuti oleh rasa takut akan kegagalan (22%).

  • Indonesia percaya bahwa ketekunan menjadi pendorong kemajuan hidup di masa depan.

Sama seperti lebih dari 90% responden di Asia Pasifik, 94% responden di Indonesia percaya bahwa ketekunan dan kerja keras menjadi kunci untuk memajukan hidup di masa depan. Atribut lainnya yang dianggap orang-orang Indonesia penting dalam hal ini adalah adalah kesediaan untuk menerima perubahan (93%), mengenal orang atau memiliki koneksi yang tepat (89%), dan tingkat pendidikan (84%).

Baca juga : Tips Sukses Jualan Online di Instagram

LinkedIn bermitra dengan lembaga riset pasar independen, GfK, untuk melaksanakan studi ini pada September dan Oktober 2018. Survei ini melibatkan 11.000 responden berusia 16 hingga 60 tahun di 9 negara melalui metode wawancara online.

Secara keseluruhan, terdapat tujuh faktor yang berkontribusi pada pengukuran gabungan sebuah peluang:

Persepsi seputar peluang:
●          Ketersediaan peluang di negara domisili
●          Penilaian atas mudah/sulitnya peluang untuk diraih
●          Kepercayaan diri dalam kesuksesan meraih peluang

Pandangan seputar faktor-faktor sosial-ekonomi dan gaya hidup:
●          Pandangan terhadap kondisi ekonomi dalam 12 bulan mendatang
●          Pandangan terhadap kondisi finansial responden dalam 12 bulan mendatang
●          Kualitas kehidupan terutama kebahagiaan
●          Kualitas kehidupan dibandingkan dengan generasi sebelumnya/orang tua

Ukuran-ukuran yang digunakan dalam survei, termasuk variabel-variabel yang membentuk LinkedIn Opportunity Index, ditentukan melalui wawancara terhadap sekelompok profesional kerja muda, profesional tingkat menengah, dan profesional mapan di wilayah Asia Pasifik.

Indeks ini menggunakan “100” sebagai skor dasar atas rasa kepercayaan diri. Skor yang lebih tinggi merepresentasikan kepercayaan diri yang lebih besar dari orang-orang yang tinggal di negara tertentu.