GadgetSquad.id – Xiaomi Indonesia mengungkapkan telah menghentikan produksi smartphone Redmi Note 10 dan mendesak konsumen untuk membeli perangkat lain dari jajaran yang sama. Kabarnya, hal itu terjadi karena masalah kekurangan chipset.

Sebagaimana dilaporkan GSM Arena, Xiaomi Redmi Note 10 adalah varian biasa dari seri dengan nama yang sama. Ponsel merek asal Cina ini ditenagai chipset Snapdragon 678, besutan Qualcomm dan memiliki kamera utama 48 MP.

Salah satu spesifikasi yang lebih mengesankan adalah pengisian cepat 33W untuk baterai 5.000 mAh. Layarnya sudah menggunakan OLED yang cerah, dan ini cukup bagi kebutuhan pengguna yang suka menyaksikan konten hiburan seperti menonton video atau bermain game.

Saluran media sosial resmi Xiaomi Indonesia telah mendesak pengguna untuk membeli Redmi Note 10 Pro, Redmi Note 10S dan Redmi Note 10 5G, tapi tidak dapat dipastikan juga ketersediaannya. 

Redmi Note 10 Pro menjadi smartphone pertama di Indonesia yang menawarkan pengalaman mid-range terbaik dengan menyatukan kecanggihan resolusi kamera 108 MP, ketajaman layar berukuran 6,67 inci  Super AMOLED 120Hz. Serta kecepatan prosesor Qualcomm Snapdragon 732G.

Sementara, Redmi Note 10S menawarkan pilihan terbaik dengan performa dari chip Helio G95, layar 6,43 inci Super AMOLED FHD+ DotDisplay, dan kamera 64 MP dalam konfigurasi quad-camera. Baterainya 5000 mAh yang mendukung pengisian cepat 33W, serta NFC yang andal mendukung gaya hidup pengguna.

Sedangkan Redmi Note 10 5G hadir dengan konfigurasi layar 6,5 inci FHD+ dan refresh rate 90Hz, untuk mendukung 5G, ponsel ini didukung oleh prosesor MediaTek Dimensity 700 yang memiliki manufaktur 7 nm. Soal kamera, Xiaomi memasang tiga kamera belakanag dengan lensa utama 48MP yang dilengkapi dengan lensa makro 2MP, dan depth sensor 2MP.

Produsen chipset mengalami masalah dalam memasok semua permintaan, dan situasinya semakin bermasalah dengan kondisi pandemi Covid-19 sejak tahun lalu. Beberapa pabrik Xiaomi juga terpaksa beroperasi dengan personel terbatas karena tingkat infeksi yang meningkat, bahkan beberapa pabrik di Vietnam tutup total karena kurangnya sumber daya manusia.